Sabtu, 19 Mei 2012

Sifat Dasar Komunikasi

Saya masih ingin menulis tentang komunikasi. Komunikasi bukan disiplin ilmu yang pasti, bahkan definisi komunikasi pun beragam tergantung dari sudut mana para peneliti dan pelajar ilmu komunikasi melihat. Ada yang melihat komunikasi sebagai proses simbolik pesan dan ada yang melihat sebagai proses interaksi antara pengirim pesan dan penerima pesan.
Sifat dasar dari komunikasi dapat dilihat diantaranya sebagai aktivitas simbolik, sebagai interaksi sosial, menggunakan pesan yang verbal dan non verbal. Komunikasi juga bersifat interpretatif atau menggunakan interpretasi untuk memahami makna pesan masing-masing individu yang terlibat dalam sebuah konteks komunikasi.

Sabtu, 28 April 2012

^,^

Senang sekali rasanya dalam seminggu ini bisa latihan fisik dan melakukan evaluasi harian... setidaknya saya bisa mengontrol (mengevaluasi) keseharian diri pribadi. Semoga hal-hal kecil ini bisa memicu hal-hal besar dalam diri ini, amin. :)

Sabtu, 31 Maret 2012

Kunjungan Prof. BJ. Habibie ke Kantor Manajemen Garuda Indonesia


Kunjungan Prof. BJ. Habibie ke Kantor Manajemen Garuda Indonesia

Garuda City Complex, Bandara Soekarno-Hatta
Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya, Adri Subono, juragan Java Musikindo.
Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh Presiden CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta.
Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.
Sebagai “balasan” Pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu).
Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?
Video N250 bernama Gatotkaca terlihat roll-out kemudian tinggal landas secara mulus di-escort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat N235. Pesawat N250 jenis turboprop dan teknologi glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang terus mengudara di angkasa Bandung.
Dalam video tersebut, tampak para hadirin yang menyaksikan di pelataran parkir, antara lain Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI bapak Soedarmono, para Menteri dan para pejabat teras Indonesia serta para teknisi IPTN. Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja N250. Bapak Presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot N250 yang di udara, terlihat Pak Habibie mencoba mendekatkan telinganya di headset yang dipergunakan oleh Presiden Soeharto karena ingin ikut mendengar dengan pilot N250.
N250 sang Gatotkaca kembali pangkalan setelah melakukan pendaratan mulus di landasan.
Di hadapan kami, BJ Habibie yang berusia 74 tahun menyampaikan cerita yang lebih kurang sebagai berikut,
“Dik, anda tahu saya ini lulus SMA tahun 1954!” beliau membuka pembicaraan dengan gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata ‘Dik’ kemudian secara lancar beliau melanjutkan.
“Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai Insinyur. Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan teknologi yang berwawasan Nasional yakni teknologi maritim dan teknologi dirgantara. Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi maritim dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan kedua di antara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara.
Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘How to build commercial aircraft‘ bagi Indonesia. Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan teknologi berwawasan Nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT. PAL dan salah satunya adalah IPTN.
Sekarang Dik, Anda semua lihat sendiri N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami Dutch Roll (istilah penerbangan untuk pesawat yang oleng) berlebihan, teknologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun ke depan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi Fly by Wire bahkan sampai hari ini.
Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu. Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri, ‘Apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?’
Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya.
Dik tahu di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina dan Indonesia.
Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika, dan Eropa.
Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua?
Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 Juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer, dan lain-lain. Dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun.
Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!”
Pak Habibie menghela nafas..
Ini pandangan saya mengenai cerita Pak Habibie di atas,
Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang). Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (Almarhum) Erwin.
Saya turut mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11. Kokpit N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat B737NG). Sebagian besar fungsi tampilan layar di kokpit juga mempergunakan “track ball atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop. N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selainhigh speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena mempergunakan winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat generasi masa kini.
Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe pertama. N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat handal dan canggih kala itu, bahkan hingga kini.
Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala manakala Pak Habibie bercerita soal N250, saya memiliki kekecewaan yang yang sama dengan beliau, seandainya N2130 benar-benar lahir kita tak perlu susah-susah membeli B737 atau Airbus 320.
Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya..
“Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufacturing pesawat terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia”.
“Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,
Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten.
C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis.
D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu! Itu saja!”
Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sebagai berikut,
“Kalau saya umpamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1, lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik. Organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana Anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik.”
Tiba-tiba, Pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu..
“Dik, saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ibu Ainun istri saya. Ia ikuti ke mana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar.
Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya, saya mau kasih informasi. Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu.”
Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati yang mendalam. seisi ruangan hening dan turut serta larut dalam emosi kepedihan Pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai menggenang.
Dengan suara bergetar dan setengah terisak Pak Habibie melanjutkan..
“Dik, kalian tahu. Dua minggu setelah ditinggalkan ibu, suatu hari saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu. Ainun, Ainun, Ainun … saya mencari ibu di semua sudut rumah.
Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat, ‘Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini.’ Mereka bilang, ‘Kita (para dokter) harus tolong Habibie.’
Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan:
  1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri mener *missing text*
  2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus.
  3. Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup.
Saya pilih opsi yang ketiga.”
Tiba-tiba, Pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara Pak Habibie seperti meloncat ke sana ke mari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu). Ia melanjutkan pembicaraannya..
“Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun. Dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia. Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat. Saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia.”
Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air mata..
Setelah jeda beberapa waktu, Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya,
“Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa kerabat menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya menyetujui. Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak manusia. Tak ada unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat universal, dengan muatan budaya Nasional Indonesia. Sekarang buku ini atas permintaan banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jepang (Saya lupa persisnya, namun Pak Habibie menyebut 4 atau 5 bahasa asing). Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (Pak Habibie menyebut nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan langsung habis. Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga mengeluhkan di mana bisa beli buku ini di kota mereka.”
“Dik, asal you tahu. Semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiah pun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil penjualan buku ini masukkan ke rekening yayasan yang dibentuk oleh saya dan ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra. Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika bisa melihat.”
“Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya tambahkan lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak buku pasti untuk dijual kembali ke yang lain. Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak tidak punya apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara. Isinya sangat inspiratif.”
Pada kesempatan ini Pak Habibie meminta sesuatu dari Garuda Indonesia namun tidak saya tuliskan di sini mengingat hal ini masalah kedinasan.
Saya menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie dengan jajaran Garuda Indonesia karena banyak kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang barangkali berguna bagi iapapun yang tidak sempat menghadiri pertemuan tersebut. Sekaligus mohon maaf jika ada kekurangan penulisan di sana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun.
Jakarta, 12 Januari 2012
Capt. Novianto Herupratomo
*dengan banyak sekali perbaikan ejaan dan tanda baca*
Sumber: Milis Alumni Budi Mulia 

Derap Langkah - Action

Derap langkah ....
Ingin ku melangkah 1000 kaki
Ingin ku berlari 1000 mil
Ingin ku bergerak ke depan menyongsong masa depan
Namun, perlu selangkah untuk memulai

Inginku ini dan inginku itu
Seorang berkata, "Otak dan Hati bersatu, berjayalah kita"
Sebuah keinginan dan sebuah mimpi
Sebuah tujuan, sebuah sasaran

Hanya sebuah omong kosong tanpa sebuah Action

Pola Keuangan si Miskin dan si Kaya ^^

Sekedar ingin menulis, "I need help", "Help me, please!", "I need booster to activating my pride". Untuk membantu diri saya sendiri, saya berusaha membiasakan mendengarkan motivasi-motivasi dari orang yang luar biasa.  Sekarang saya sedang mendengarkan Secrets to be Rich, TDW mengatakan dalam audiobooks-nya mengenai pola keuangan orang miskin dan orang kaya. Pola keuangan orang miskin itu, jika mempunyai uang maka uangnya itu habis dikeluarkan atau digunakan untuk konsumsi saja. Sedangkan, pola keuangan orang kaya terlihat ketika orang mendapatkan uang, ia gunakan untuk aset (sesuatu yang menghasilkan uang). Kita berada di mana ya?

Semoga saya dan Anda mendapat inspirasi dari tulisan singkat ini... adios ^^Y

Jumat, 30 Maret 2012

Komunikasi (part 3) - Jenis dan Tujuan Komunikasi

Nampaknya ada yang saya lupakan sejak awal penulisan tentang Komunikasi. Komunikasi pada intinya adalah sebuah PERSEPSI. Maksudnya adalah pengalaman atas objek, peristiwa dan hubungan-hubungan yang disimpulkan dan ditafsirkan sebagai sebuah pesan. Kok bisa inti komunikasi adalah persepsi?

Komunikasi itu pada dasarnya dilakukan untuk menyamakan makna, memunculkan kesamaan makna. Makna itu terkait dengan persepsi. Ranah menyamakan makna itu terdapat dalam persepsi. Ya itulah inti dari komunikasi. Lalu, jika inti dari komunikasi adalah persepsi dan untuk menyamakan makna, buat apalagi belajar ilmu komunikasi?

Ilmu komunikasi itu mempelajari beragam hal terkait komunikasi. Komunikasi itu beragam jenisnya, sehingga perlu mempelajarinya agar dapat menjadi tool mempermudah hidup kita. Jenis komunikasi berdasarkan konteksnya ada 7, yaitu:
1. komunikasi intrapersonal
2. komunikasi interpersonal
3. komunikasi kelompok kecil
4. komunikasi organisasi
5. komunikasi publik
6. komunikasi antarbudaya
7. komunikasi massa

Kembali ke paragraf sebelumnya. Kita menyamakan makna diantara orang-orang yang kita ajak komunikasi itu memiliki tujuan kan?? pastinya! Tujuan kita menyamakan makna (tujuan komunikasi) itu diantaranya adalah agar kita menemukan inner self kita sendiri dan dunia luar, untuk berhubungan dengan orang lain, untuk menghibur diri dan orang lain, dan untuk meyakinkan orang lain agar mengubah sikapnya menyesuaikan keinginan kita (menurut DeVito). Sebenarnya masih ada beberapa tujuan komunikasi yang lainnya...Menurut Gorden dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar karya Prof. Deddy Mulyana, tujuan komunikasi itu digunakan sebagai :
1. Komunikasi Sosial : komunikasi digunakan untuk menghibur, berhubungan dengan orang lain, dan mengembangkan diri.
2. Komunikasi Ekspresif:  komunikasi dilakukan untuk mengekspresikan diri kita, menyampaikan ide-ide kita, menyampaikan diri kita agar diketahui orang lain.
3. Komunikasi Ritual
4. Komunikasi Instrumental: komunikasi hanyalah alat untuk membujuk, memberitahu, dan menghibur...hehehe

Sekian dulu ya,, semoga di tulisan berikutnya saya menulis prinsip-prinsip komunikasi... Adios ^^Y 
Silahkan rujuk buku: (1)  Ilmu Komunikasi suatu pengantar karya Deddy Mulyana .(2) Psikologi Komunikasi karya Jalaludin Rahmat.